MISTERI SUMUR TUA

Dusun terpencil yang teletak di Kabupaten Magetan, tepatnya Dusun Sumber Meneng, Desa Kuwon, Kecamatan Karas. Dusun tersebut suasananya masih sangat pedesaan dan udaranya juga masih segar. Jalannya masih becek dan belum diaspal. Di dusun tersebut terdapat sebuah sumur tua yang dulu digunakan untuk pengairan sawah, tetapi sekarang sudah tidak lagi karena kondisinya sudah rusak parah. Di dekat sumur itu ada sebuah rumah yang sudah tidak ditempati karena pemiliknya yang bernama Mbah Sakinem telah meninggal dunia. Konon katanya sumur tua itu terkenal sangat angker karena sering terdengar suara-suara aneh dari sumur tua itu, seperti suara bayi, orang menangis, dan masih banyak lagi. Hal ini sering sekali dialami para petani yang pergi ke sawah saat malam hari.

Sore harinya ada seorang warga yang baru kembali dari merantau, namanya Pak Agus. Beliau anak dari Mbah Sum, salah satu warga Dusun Sumber Meneng. Saat itu, Pak Agus tidak pulang sendirian, beliau membawa seorang istri yang bernama Bu Ika. Meraka melangsungkan pernikahan saat Pak Agus masih merantau. Pernikahan mereka berlangsung tanpa sepengetahuan Mbah Sum. Sayangnya ketika sampai dirumah, hubungan mereka tidak direstui oleh Mbah Sum. Jadi, mereka terpaksa keluar dari rumah Mbah Sum dan mencoba meminta bantuan dari tetangga. Akhirnya para tetangga menyuruh mereka tinggal di rumah almarhum Mbah Sakinem. Setelah berpikir panjang, mereka mau meneriwa tawaran para tetangga untuk tinggal di rumah almarhum Mbah Sakinem yang letaknya jauh dari tentangga dan dekat dengan sumur tua yang konon katanya sangat angker itu.

Malam yang sunyi, Bu Ika berada di rumah sendirian karena Pak Agus belum pulang kerja. Tiba-Tiba,
"Tok...tok...tok..." (suara pintu diketuk). Ketika pintu dibuka oleh Bu Ika, ternyata suaminya yang pulang. Pak Agus langsung masuk dan menuju meja makan. Kemudian beliau memakan semua makanan yang telah dimasak oleh Bu Ika. Setelah itu beliau langsung pergi lagi dari rumah. Bu Ika hanya terdiam melihat tingkah suaminya yang aneh hari ini. Setelah beberapa lama, suaminya datang kembali.
"Bu, tidak ada makanan, ya! Soalnya Bapak lapar!" Pak agus membuka tudung nasi yang telah kosong.
"Bukannya tadi Bapak sudah makan?" tanya Bu Ika heran.
"Makan banyak gimana! Orang Bapak saja baru pulang!" balas Pak Agus.
"Terus tadi yang kesini siapa? Makanan yang Ibu masak dihabiskan semua!" tanya Bu Ika entah pada siapa.
"Lha terus mau gimana lagi?" Pak Agus balik bertanya.
"Ya sudah! Kalu begitu biar Ibu masakan lagi!" kata Bu Ika akhirnya.
"Tapi cepat ya, Bu! Soalnya Bapak sudah lapar!" kata Pak Agus.
"Iya" jawab Bu Ika. Kemuadian beliau memasak lagi nasi dan lauk-pauknya. Setelah selesai memasak, Bu Ika dan Pak Agus makan bersama-sama. Setiap hari terutama saat malam Jum'at, Bu Ika sering mengalami keganjilan-keganjilan tersebut, terutama saat suaminya tidak ada di rumah.

Hari ini Pak Agus tidak masuk kerja karena sakit. Malam harinya tepat pukul dua belas malam beliau terbangun dari tidurya.
"Bu, bangun!" kata beliau sambil mengguncangkan bahu istrinya.
"Ada apa, Pak?" tanya Bu Ika setelah terbangun.
"Ibu dengar orang nangis tidak?" tanya beliau. Lalu istrinya menajamkan pendengarannya.
"Iya, Pak! Ibu dengar! Siapa malam-malam begini menangis?" kata Bu Ika, sebenarnya beliau sedikit merinding.
"Biar Bapak lihat keluar!" kata beliau.
"Hati-hati, Pak!" istrinya tampak khawatir.
"Ya" balas beliau. Lalu Pak Agus keluar rumah, dan menurut pendengarannya suara itu berasal dari sumur tua. Beliau menghampiri sumur itu. Sesampainya disana, suara itu terdengar semakin keras. Belai memutuskan untuk menunggu sambil duduk di rerumputan. Setelah beberapa menit, suara itu menghilang. Kemuadian beliau memutuskan untuk pulang dan menceritakan semua pada istrinya.

Esok harinya Bu Ika menceritakan semua kejadian yang dialaminya pada salah satu tetangganya. Kemudian tetangganya tersebut menganjurkan agar beliau berziarah ke makam sang pemilik rumah.

Sore itu juga, Bu Ika menjalankan anjuran dari tetangganya. Beliau mengajak suaminya untuk berziarah ke makam almarhum Mbah Sakinem. Benar saja, setelah ia berziarah, sudah tiada lagi yang mengetuk-ketuk pintunya setiap malam, tetapi beliau masih sering mendengar suara tangisan perempuan yang asalnya dari sumur tua angker itu. Tak hanya beliau dan suaminya saja, tetapi para warga sekitar juga sering mengalaminya.

Akhirnya para warga memperbaiki sumur tua tersebut dan digunakan lagi untuk pengairan sawah. Setelah direnovasi, sumur tua itu tak lagi angker. Bahkan sudah tak ada lagi warga yang mendengar suara-suara yang sudah tak asing lagi di telinga. Kini warga Dusun Sumber Meneng bisa hidup tenang dan tentram.